"Kerja apa aja dong, yang penting halal"
"Aku sekarang kerja, aku ngojek"
"Hmm gak ada yang lain apa? Jangan ngojek dong yang
penting halal"
"Aku kerja, aku sekarang mulung"
"Hmm jangan mulung dong. Pokoknya yang penting
halal"
"Oke aku jadi tukang bangunan"
"Kayaknya ada yang lain deh selain Jadi tukang
bangunan"
Ada yang ngalamin kayak gitu? Hehehe. Saya sendiri bingung
sama orang yang suka nyaranin orang kerja apa saja yang penting halal. Tapi,
disaat orang tersebut mempunyai kerjaan halal eh orang yang nyaranin gak suka
karena pekerjaannya suka jadi bahan ledekan. Ya, saya harus akui saya dulu
termasuk orang yang suka meledek profesi halal. Semoga kita semua bisa
menghilangkan tabiat buruk ini.
"Ya, bapak loe ngojek"
"Dasar bapak kuli"
"Dasar ibu tukang cuci"
"Gue kemarin naik angkot, eh ternyata bapak loe yang
nyupir hahaha"
Ya candaan seperti itu sangat sering. Memasuki usia dewasa
candaan kita berubah:
"Eh gue kemarin lihat loe lagi ngepel di
Starbucks"
"Muka kayak loe jauh dapet anak kuliahan paling kenceng
dipacari Office Boy"
"Ya pacarnya sales motor"
"Enaknya loe selalu merasa aman, pacar loe kan satpam
hahaha"
"Cieee yang ditaksir pegawai Indomaret"
Pernahkah kita terpikir bagaimana perasaan orang-orang yang
menjalani profesi tersebut? Tanpa beban kita membawa suatu profesi hanya untuk
menjadi bahan candaan bersama teman. Memasuki usia mencari kerja kita akan shock dengan hal-hal yang belum pernah
kita lihat. Saya yakin orang yang suka mendengar ledekan tersebut atau bahkan kepala pecong yang paling suka meledek
sebuah profesi pasti akan gengsi untuk menjalani profesi yang sering diledek
tersebut. Saya juga termasuk yang gengsi.
Dulu sewaktu ditawari kerja jadi Office Boy saya benar-benar
malu. Semua teman-teman saya sangat kenal bahwa saya orang yang ambisius. Seorang Firma Fikri kerja jadi Office Boy apa kata dunia?
Karena gak kerja-kerja dan didesak oleh ibu dan ayuk akhirnya saya terima. Waktu kerja
sama orang saya sering mikir dan bertanya-tanya kira-kira ada gak ya cewek yang mau sama Office Boy?
Kegelisahan saya ini, saya utarakan ke teman saya Yudi yang
berprofesi sebagai satpam dan dia ada pacar.
"Yud pacar kamu gak malu, kamu kerja sebagai
satpam?"
"Gaklah, udah deh berenti rasa khawatir gak jelas kamu
itu. Ini hidup bukan sinetron"
Semakin kesini saya jadi paham kenapa Islam sangat
menekanakan dan menganjurkan "Nikahilah
orang karena agamanya"
Namun sayangnya banyak orang yang salah tafsir dengan
anjuran tersebut. Di dalam pikiran kebanyakan orang anjuran itu menggambarkan
seimbangnya dunia dan akhirat. Dengan tegas Imam Syafi'i mengatakan 'Orang yang
berkata bisa menyimbangkan dunia dan akhirat adalah orang munafik'
Begini jika kita menikahi seseorang karena agamanya. Sudah
pasti rumah tidak kredit, kendaraan tidak kredit, bahan-bahan dapur tidak
kredit, tivi tidak kredit. Semua itu tegas itu adalah riba. Islam punya aturan.
Tentu saja hidup kita akan terlihat miskin di mata orang tapi insyaAllah kaya
di mata Allah. Meski terlihat miskin insyaAllah, Allah akan mencukupi. Shalat
selalu ditegakkan, Al-quran selalu dilantunkan setiap harinya jika menikah
karena agama.
Ya, saya sekarang juga sedang proses membuang debu-debu
gengsi terhadap pekerjaan halal. Semoga kita memiliki pekerjaan halal dan bisa
menghalalkan orang yang kita cintai. Amin..
Aamiin
ReplyDelete