Papua kaya akan sumber daya alam (SDA)
tak-terbarukan. Sejauh ini, kandungan emas, tembaga, perak, minyak bumi, gas
alam, dan batu bara telah ditemukan di Papua. Tak ada yang meragukan bahwa akan
lebih banyak lagi kandungan SDA yang ditemukan. Papua juga memiliki hutan
tropis terbesar ke-3 yang tersisa di dunia setelah daerah aliran sungai Amazon
dan hutan-hutan di Afrika Tengah. Ketinggian tanah dan curah hujan yang sangat
bervariasi menciptakan kondisi yang ideal bagi keragaman ekologi yang luar
biasa. Selain itu, berbeda dengan negara tetangga Papua Nugini, tutupan hutan
di Papua sebagain besar masih utuh. Hampir separuh dari hutan yang tersisa di
Indonesia berada di Papua. Lautan yang mengelilingi khususunya di sebelah
utara, juga memiliki keragaman spesies yang luar biasa berlimpah. Secara
singkat, tanah Papua ini merupakan sebuah kantung biosfer yang unik. Secara
tradisional, masyarakat pribumi sangat menggantungkan hidupnya pada jenis
tumbuhan dan hewan setempat, tetapi dengan dampak yang relatif sangat kecil
terhadap lingkungan hidup. Karena sebagian besar hutannya terdiri dari
pohon-pohon yang memiliki nilai komersial tinggi, termasuk kayu cendana dan
merbau, maka bisnis kehutanan komersial menarik minat yang cukup besar.
Namun indikator pembangunan sumber daya
manusia masih tetap rendah. Meskipun dikelilingi oleh kekayaan mineral dan
hutan, sebagian besar rakyat Papua masih tetap sangat miskin permintaan akan
infrastruktur mencerminkan keinginan untuk mengubah kondisi ini. Di pedalaman
Papua barang-barang yang masuk dari luar wilayah sangat mahal, karena biaya
transportasi yang tinggi. Penduduk menginginkan pembangunan jalan agar biaya
pengiriman barang tidak terlalu mahal. Para pelaku bisnis lokal dan
internasional juga menginginkan infrastruktur yang lebih baik agar dapat
mengambil dan mengekspor kekayaan mineral tak-terbarukan dan kekayaan hutan
tersebut. Oleh karena itu untuk Papua, pembahasan mengenai pembangunan
infrastruktur telah difokuskan pada transportasi, khususnya pembangunan jalan.
Namun, pembangunan infrastruktur juga harus membantu masyarakat terpencil untuk
memperoleh akses ke pendidikan, perawatan kesehatan, air, sanitasi, tenaga
listrik, dan teknologi komunikasi. Tingkat pendidikan rata-rata saat ini masih
rendah dan kesehatan terancam oleh merebaknya malaria, penyakit infeksi,
lambung dan usus, serta HIV-AIDS.
Pertumbuhan ekonomi di Papua selama ini
terkonsentrasi pada beberapa tempat saja di mana interaksi antara tempat ini
relatif sedikit. Kebanyakan ekonomi ini berada di daerah pesisir. Di wilayah
pedalaman, seperti dataran tinggi yang bergunung-gunung, unit-unit ekonomi yang
ada pada umumnya kecil dan terpencar yang berpusat pada administrasi
pemerintahan dan pertanian penyambung hidup.
Saat ini, Papua sedang berada di ambang perubahan
yang sangat besar. Seperti halnya yang terjadi di bagian dunia lain yang kaya
akan sumber daya tak-terbarukan, ada tekanan besar untuk mengonversi aset-aset
ini menjadi uang tunai. Jika diambil dan dijual, setiap pohon, setiap ons emas
dan setiap ton batu bara senilai dengan rumah baru, mobil, dan pesawat terbang.
Mengingat banyaknya tantangan yang dihadapi
dalam pembangunan berkelanjutan infrastruktur di Papua, suatu visi yang
mengantisipasi terciptanya Papua yang saling terhubung. Inilah visi yang
mendasari ambisi untuk membangun sebuah jaringan besar jalan raya yang
menghubungkan semua kota besar sungguh tidak layak diterapkan. Kondisi yang ada
saat ini membuat jaringan jalan raya seperti itu tidak layak diterapkan dan
merugikan bila diupayakan dengan serius dalam waktu dekat. Kepadatan penduduk
di Papua terlalu rendah sehingga pembangunan jaringan yang demikian besar tidak
dapat dibenarkan. Di samping itu, biaya konstruksi dan pemeliharaan yang tinggi
membuat visi ini secara finansial tidak layak diterapkan dengan kondisi saat
ini juga, risiko implementasi visi ini terlalu besar karena jaringan tersebut
akan meningkatkan pengambilan sumber daya alam Papua secara tidak
berkelanjutan, selain itu, akan terjadi peningkatan arus masuk perpindahan penduduk
dari bagian-bagian lain di Indonesia secara tiba-tiba, sehingga yang dihasilkan
adalah bencana ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup, bukan pembangungan
seperti yang diharapkan.
![]() |
Peta Papua |
Ada baiknya untuk membangun infrastruktur
di Papua menggunakan pola "bintik tinta" yang mengantisipasi
pertumbuhan dari pusat-pusat kegiatan saat ini. Untuk beberapa dekade ke depan,
visi pembangunan Papua harus dimulai dari kutub-kutub pertumbuhan yang ada saat
ini maupun yang akan datang. Ini dilakukan dengan menambahkan infrastruktur
yang akan melayani setiap kawasan serta wilayah pedalamannya. Ibarat
bintik-bintik tinta yang menyebar ke kertas, pertumbuhan sistem jalan raya,
jaringan tenaga listrik dan infrastruktur lainnya di daerah setempat secara
wajar akan meningkatkan hubungan yang kuat di antara beberapa kutub pertumbuhan
tersebut.
Pembangunan dengan pola bintik tinta
selangkah demi selangkah akan mengarah ke pembangunan yang lengkap. Pembangunan
di dalam maupun di antara bintik-bintik tinta tersebut harus dimulai dengan
rencana tata ruang provinsi dan nasional. Rencana induk untuk transportasi
perlu mencantumkan langkah-langkah yang harus diambil untuk mewujudkan jaringan
terakhir (dan terus-menerus diperbaharui agar sesuai dengan kenyataan-kenyataan
yang baru muncul). Saat ini, dengan tidak adanya rencana induk dan penilaian
proyek yang memadai, terlalu dini untuk memprediksi kapan dan di mana
keterhubungan timbal balik antara bintik-bintik tinta tersebut dapat dinyatakan
layak secara teknis dan ekonomi. Namun, satu hal yang pasti adalah, bahwa
keputusan untuk memulai pembangunan sebuah sistem jaringan lengkap merupakan
sebuah langkah menuju bencana, tanpa adanya hal-hal berikut :
1. Perencanaan dan analisis kelayakan yang
mendasarinya
2. Tingkat kepadatan penduduk atau kegiatan
ekonomi yang sesuai
3. Puluhan triliun rupiah tersedia, setiap
tahun untuk pembangunan dan pemeliharaannya
Perluasan bintik-bintik tinta tersebut akan
bergantung pada pertumbuhan penduduk dan kegiatan ekonomi selain dari yang ada
saat ini dan mungkin juga bergantung pada kutub-kutub pertumbuhan baru.
Misalnya, suatu jaringan tenanga listrik bisa berkembang sehingga mencakup
wilayah Timika Enarotali, kemudian Nabire, jalan raya antara Merauke dan
Oksibil, atau antara Bintuni dan Manokwari, mungkin bisa dbenarkan bila lalu
lintas semakin ramai. Dan bila infrastruktur pelabuhan sungai ditingkatkan
mutunya, pelayanan transportasi air juga pasti meningkat dan bisa menjadi dasar
yang kuat untuk membangun sebuah jalan penghubung ke desa dekat pelabuhan
tersebut, atau membangun saluran air untuk mengubungan sungai-sungai.
![]() |
Pemandangan Papua |
Seorang pakar infrastruktur yang bijaksana
mengatakan baru-baru ini "bila Anda membangun infrastruktur dengan cara
yang tepat, akan dibutuhkan banyak uang dan waktu. Bila Anda mengambil jalan
pintas, akan dibutuhkan lebih banyak uang dan waktu". Pembangunan Papua
sangat memberi harapan. Tetapi harapan ini bisa dengan mudah berakhir bukan
pada pembangunan tetapi pada perampasan sumber daya tak-terbarukan dari daerah
tersebut dan kerugian yang tidak dapat dipulihkan bagi masyarakat Papua.
Seseorang, disuatu tempat di dunia ini, mungkin akan menjadi sangat kaya.
Tetapi berapa sen yang akan didapatkan oleh penduduk Papua dari setiap dolar
milik orang kaya tadi di bank luar negeri?
Ada banyak kesempatan bagi investasi yang
produktif untuk transportasi, pembangkit tenaga listrik, air, dan sanitasi.
Proyek infrastruktur tersebut perlu dibangun dengan cermat. Proyek-proyek
tersebut juga harus dinilai dengan sepatutnya sebelum dilaksanakan.
Sumber foto pemandangan Papua : http://anekatempatwisata.com/10-tempat-wisata-di-papua-yang-wajib-dikunjungi/#
Sumber foto peta Papua : http://kaskushootthreads.blogspot.co.id/2013/12/mengenal-papua-negeri-cendrawasih-dari.html
No comments:
Post a Comment