Monday, August 8, 2016

Bintik Tinta Solusi untuk Pembangunan Infrastruktur Papua


Pemandangan Papua
Papua kaya akan sumber daya alam (SDA) tak-terbarukan. Sejauh ini, kandungan emas, tembaga, perak, minyak bumi, gas alam, dan batu bara telah ditemukan di Papua. Tak ada yang meragukan bahwa akan lebih banyak lagi kandungan SDA yang ditemukan. Papua juga memiliki hutan tropis terbesar ke-3 yang tersisa di dunia setelah daerah aliran sungai Amazon dan hutan-hutan di Afrika Tengah. Ketinggian tanah dan curah hujan yang sangat bervariasi menciptakan kondisi yang ideal bagi keragaman ekologi yang luar biasa. Selain itu, berbeda dengan negara tetangga Papua Nugini, tutupan hutan di Papua sebagain besar masih utuh. Hampir separuh dari hutan yang tersisa di Indonesia berada di Papua. Lautan yang mengelilingi khususunya di sebelah utara, juga memiliki keragaman spesies yang luar biasa berlimpah. Secara singkat, tanah Papua ini merupakan sebuah kantung biosfer yang unik. Secara tradisional, masyarakat pribumi sangat menggantungkan hidupnya pada jenis tumbuhan dan hewan setempat, tetapi dengan dampak yang relatif sangat kecil terhadap lingkungan hidup. Karena sebagian besar hutannya terdiri dari pohon-pohon yang memiliki nilai komersial tinggi, termasuk kayu cendana dan merbau, maka bisnis kehutanan komersial menarik minat yang cukup besar.

Namun indikator pembangunan sumber daya manusia masih tetap rendah. Meskipun dikelilingi oleh kekayaan mineral dan hutan, sebagian besar rakyat Papua masih tetap sangat miskin permintaan akan infrastruktur mencerminkan keinginan untuk mengubah kondisi ini. Di pedalaman Papua barang-barang yang masuk dari luar wilayah sangat mahal, karena biaya transportasi yang tinggi. Penduduk menginginkan pembangunan jalan agar biaya pengiriman barang tidak terlalu mahal. Para pelaku bisnis lokal dan internasional juga menginginkan infrastruktur yang lebih baik agar dapat mengambil dan mengekspor kekayaan mineral tak-terbarukan dan kekayaan hutan tersebut. Oleh karena itu untuk Papua, pembahasan mengenai pembangunan infrastruktur telah difokuskan pada transportasi, khususnya pembangunan jalan. Namun, pembangunan infrastruktur juga harus membantu masyarakat terpencil untuk memperoleh akses ke pendidikan, perawatan kesehatan, air, sanitasi, tenaga listrik, dan teknologi komunikasi. Tingkat pendidikan rata-rata saat ini masih rendah dan kesehatan terancam oleh merebaknya malaria, penyakit infeksi, lambung dan usus, serta HIV-AIDS.

Pertumbuhan ekonomi di Papua selama ini terkonsentrasi pada beberapa tempat saja di mana interaksi antara tempat ini relatif sedikit. Kebanyakan ekonomi ini berada di daerah pesisir. Di wilayah pedalaman, seperti dataran tinggi yang bergunung-gunung, unit-unit ekonomi yang ada pada umumnya kecil dan terpencar yang berpusat pada administrasi pemerintahan dan pertanian penyambung hidup.

Saat ini, Papua sedang berada di ambang perubahan yang sangat besar. Seperti halnya yang terjadi di bagian dunia lain yang kaya akan sumber daya tak-terbarukan, ada tekanan besar untuk mengonversi aset-aset ini menjadi uang tunai. Jika diambil dan dijual, setiap pohon, setiap ons emas dan setiap ton batu bara senilai dengan rumah baru, mobil, dan pesawat terbang.

Mengingat banyaknya tantangan yang dihadapi dalam pembangunan berkelanjutan infrastruktur di Papua, suatu visi yang mengantisipasi terciptanya Papua yang saling terhubung. Inilah visi yang mendasari ambisi untuk membangun sebuah jaringan besar jalan raya yang menghubungkan semua kota besar sungguh tidak layak diterapkan. Kondisi yang ada saat ini membuat jaringan jalan raya seperti itu tidak layak diterapkan dan merugikan bila diupayakan dengan serius dalam waktu dekat. Kepadatan penduduk di Papua terlalu rendah sehingga pembangunan jaringan yang demikian besar tidak dapat dibenarkan. Di samping itu, biaya konstruksi dan pemeliharaan yang tinggi membuat visi ini secara finansial tidak layak diterapkan dengan kondisi saat ini juga, risiko implementasi visi ini terlalu besar karena jaringan tersebut akan meningkatkan pengambilan sumber daya alam Papua secara tidak berkelanjutan, selain itu, akan terjadi peningkatan arus masuk perpindahan penduduk dari bagian-bagian lain di Indonesia secara tiba-tiba, sehingga yang dihasilkan adalah bencana ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup, bukan pembangungan seperti yang diharapkan.

Peta Papua
Ada baiknya untuk membangun infrastruktur di Papua menggunakan pola "bintik tinta" yang mengantisipasi pertumbuhan dari pusat-pusat kegiatan saat ini. Untuk beberapa dekade ke depan, visi pembangunan Papua harus dimulai dari kutub-kutub pertumbuhan yang ada saat ini maupun yang akan datang. Ini dilakukan dengan menambahkan infrastruktur yang akan melayani setiap kawasan serta wilayah pedalamannya. Ibarat bintik-bintik tinta yang menyebar ke kertas, pertumbuhan sistem jalan raya, jaringan tenaga listrik dan infrastruktur lainnya di daerah setempat secara wajar akan meningkatkan hubungan yang kuat di antara beberapa kutub pertumbuhan tersebut.

Pembangunan dengan pola bintik tinta selangkah demi selangkah akan mengarah ke pembangunan yang lengkap. Pembangunan di dalam maupun di antara bintik-bintik tinta tersebut harus dimulai dengan rencana tata ruang provinsi dan nasional. Rencana induk untuk transportasi perlu mencantumkan langkah-langkah yang harus diambil untuk mewujudkan jaringan terakhir (dan terus-menerus diperbaharui agar sesuai dengan kenyataan-kenyataan yang baru muncul). Saat ini, dengan tidak adanya rencana induk dan penilaian proyek yang memadai, terlalu dini untuk memprediksi kapan dan di mana keterhubungan timbal balik antara bintik-bintik tinta tersebut dapat dinyatakan layak secara teknis dan ekonomi. Namun, satu hal yang pasti adalah, bahwa keputusan untuk memulai pembangunan sebuah sistem jaringan lengkap merupakan sebuah langkah menuju bencana, tanpa adanya hal-hal berikut :

1. Perencanaan dan analisis kelayakan yang mendasarinya

2. Tingkat kepadatan penduduk atau kegiatan ekonomi yang sesuai

3. Puluhan triliun rupiah tersedia, setiap tahun untuk pembangunan dan pemeliharaannya

Perluasan bintik-bintik tinta tersebut akan bergantung pada pertumbuhan penduduk dan kegiatan ekonomi selain dari yang ada saat ini dan mungkin juga bergantung pada kutub-kutub pertumbuhan baru. Misalnya, suatu jaringan tenanga listrik bisa berkembang sehingga mencakup wilayah Timika Enarotali, kemudian Nabire, jalan raya antara Merauke dan Oksibil, atau antara Bintuni dan Manokwari, mungkin bisa dbenarkan bila lalu lintas semakin ramai. Dan bila infrastruktur pelabuhan sungai ditingkatkan mutunya, pelayanan transportasi air juga pasti meningkat dan bisa menjadi dasar yang kuat untuk membangun sebuah jalan penghubung ke desa dekat pelabuhan tersebut, atau membangun saluran air untuk mengubungan sungai-sungai.

Pemandangan Papua
Seorang pakar infrastruktur yang bijaksana mengatakan baru-baru ini "bila Anda membangun infrastruktur dengan cara yang tepat, akan dibutuhkan banyak uang dan waktu. Bila Anda mengambil jalan pintas, akan dibutuhkan lebih banyak uang dan waktu". Pembangunan Papua sangat memberi harapan. Tetapi harapan ini bisa dengan mudah berakhir bukan pada pembangunan tetapi pada perampasan sumber daya tak-terbarukan dari daerah tersebut dan kerugian yang tidak dapat dipulihkan bagi masyarakat Papua. Seseorang, disuatu tempat di dunia ini, mungkin akan menjadi sangat kaya. Tetapi berapa sen yang akan didapatkan oleh penduduk Papua dari setiap dolar milik orang kaya tadi di bank luar negeri?
 

Ada banyak kesempatan bagi investasi yang produktif untuk transportasi, pembangkit tenaga listrik, air, dan sanitasi. Proyek infrastruktur tersebut perlu dibangun dengan cermat. Proyek-proyek tersebut juga harus dinilai dengan sepatutnya sebelum dilaksanakan.

Sumber foto pemandangan Papua : http://anekatempatwisata.com/10-tempat-wisata-di-papua-yang-wajib-dikunjungi/#

Sumber foto peta Papua : http://kaskushootthreads.blogspot.co.id/2013/12/mengenal-papua-negeri-cendrawasih-dari.html

No comments:

Post a Comment