Jika mengingat
mutiara hal pertama kali melintas di pikiran saya adalah cerita dongeng putri
duyung. Bila putri duyung menangis maka air mata putri duyung akan menjadi
mutiara. Enak sekali punya teman putri duyung apalagi kalau putri duyungnya
sering galau sambil menangis tersedu-sedu. Jadi kaya mendadak saya hanya
memunguti mutiara yang terus berjatuhan dari air mata putri duyung. Tapi itu
hanya dongengnya di dunia nyata tidak mungkin terjadi. Dongeng hanyalah
karangan manusia yang memberi pesan untuk manusia sekaligus menghibur.
Sewaktu
SMA saya mempunyai guru bernama Ibu Aini, dia mengajar Bahasa Indonesia. Dalam
setiap penampilannya Ibu Aini selalu memakai perhiasan mutiara. Dari kalung,
anting, dan cincin yang di pakai Ibu Aini semuanya mutiara. Awalnya saya
menyangka Ibu Aini ini orangnya sombong karena suka memamerkan barang-barang
mahal. Saya memberanikan diri bertanya seperti ini kepada Ibu Aini, "Ibu
kenapa suka memakai perhiasan mutiara itu kan termasuk barang mahal?"
Ibu Aini
tersenyum mendengar pertanyaan saya lalu Ibu Aini menjawab, "Karena ibu
cinta Indonesia makanya ibu memakai perhiasan mutiara. Bukan bermaksud pamer
barang mahal, tapi inilah bentuk kecintaan ibu dengan memakai mutiara yang
termasuk kekayaan yang ada di Indonesia."
Jujur
saya agak sangsi ketika mendengar jawaban dari Ibu Aini. Saya tidak percaya
Indonesia kaya dengan mutiara. Di balik rasa tidak percaya saya jika Indonesia
sekaya itu, saya jadi penasaran apa memang-memang benar Indonesia kaya dengan
mutiara?
Setelah
mengobrol dengan Ibu Aini saya bergegas ke perpustakaan sekolah berharap
menemukan buku tentang mutiara. Berharap rasa penasaran saya ini terbunuh.
Setelah
setengah jam mencari buku tentang mutiara yang ada di perpustakaan akhirnya
saya ketemu juga buku tersebut. Ketika saya membaca buku tersebut saya
benar-benar terkejut. Ternyata benar kata Ibu Aini Indonesia merupakan pemasok
terbesar mutiara laut selatan atau yang lebih sering disebut Indonesia south sea pearl. Jenis mutiara ini jenis mutiara terindah di
dunia.
Mutiara south sea pearl mempunyai warna yang beragam hal
ini disebabkan perairan Indonesia yang begitu luas memiliki kerang bernama Pinctada
maxima. Pinctada maxima memiliki
dua jenis warna.
warna perak dan warna emas. Pinctada maxima ukurannya lebih besar daripada
mutiara yang lain. Ukurannya bisa mencapai 22 mm dan untuk ukuran minimalnya
berkisar 15 mm. Mutiara ini paling
diimpikan oleh para pencinta mutiara untuk dimiliki mereka tidak peduli dengan
harganya yang mahal karena mutiara ini sudah dikukuhkan sebagai mutiara
terindah dan terbaik di dunia. Pantas saja mendapatkan julukan queen of pearl. Saya sangat
bangga, saya juga berharap orang Indonesia yang lain juga bangga dengan
kekayaan mutiara yang ada di Indonesia.
Berdasarkan
sejarahnya ternyata mutiara memiliki sejarah yang begitu panjang di Indonesia.
Pada abad 18 ada seorang yang berasal dari Banda Neira bernama Said Baadila.
Said Baadila mempunyai perusahaan bernama Baadila Brothers, perusahaan yang
mengembangkan bisnis mutiara dan perkebunan yang terkenal dengan Perk Kele
Norwegen di Lonthor dan di Pagar Buton, Banda Besar
Ketika di
Istana Den Haag, Said Baadila memberikan sebuah cindera mata berupa mutiara
kepada Ratu Emma. Mutiara yang diberikan oleh Said Baadila kepada Ratu Emma adalah
mutiara south sea pearl terbesar. Mutiara tersebut diberi
nama Mutiara Telur Puyuh. Membalas kebaikan dari Said Baadila pada Ratu
Emma, pihak kerajaan memberikan julukan Raja Mutiara pada Said Baadila.
Kunjungan Said Baadila ke istana Den Haag ternyata
berbuntut panjang. Perburuang kerang mutiara di Indonesia semakin menjadi-jadi
dan tak terkendali. Melihat hal ini Pemerintah Hindia Belanda membuat peraturan
tentang pembatasan kerang mutiara. Peraturan ini dicantumkan dalam staatsblad
1912 No. 12 yang berisikan entang manajemen
perburuan mutiara di perairan Indonesia.
Pada tahun 1918 Dr. Sukeyo Fujita memperoleh ijin untuk
melakukan penelitian dan percobaan budidaya mutiara di Pulau Buton, Sulawesi
Tenggara. Awalnya Dr. Sukeyo Fujita tidak berhasil namun memasuki tahun 1928 ia
bekerja sama dengan Mitsubishi Corporation. Setelah bekerja sama dengan
Mitsubishi Corporation akhirnya Dr. Sukeyo Fujita berhasil. Ia mampu memanen
8.000 sampai 10.000 butir mutiara pertahun.Mutiara yang mereka panen berukuran
8 mm sampai 10 mm. Penemuan mutiara yang ditemukan oleh Dr. Sukeyo Fujita inilah
yang membuat mutiara di Indonesia di kenal dengan sebutan Indonesia
south sea pearl.
Melihat keberhasilan ini Mitsubishi Corporation bersama
Dr. Sukeyo Fujita mendirikan perusahaan yang diberi nama Nanjo Shinju KK. Namun
perusahaan ini tidak bertahan lama pada tahun 1941 terhenti disebabkan
meletusnya perang dunia ke 2.
Setelah 25 tahun merdeka usaha mutiara di Indonesia
dimulai lagi karena pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan Penanaman Modal
Asing No. 11 dan Peraturan Penanaman Modal dalam Negeri No. 12. Isi
peraturan ini mengijinkan perusahaan asing melakukan investasi di Indonesia.
Perusahaan dari Jepang yang bergerak di Bidang Mutiara banyak ke Indonesia.
Perusahaan tersebut adalah Nippo Pearl Company, Tayio Gyogyo Ltd, Arafura Pearl
Company, dan Kakuda Pearl Company.
Memasuki tahun 1991 akhirnya teknisi lokal digunakan
untuk melakukan insersi/OP. Namun perkembangan jumlah teknisi lokal jauh dari
harapan. Penyebabnya adalah mahalnya kerang mutiara untuk melatih teknisi dan
pada saat itu tidak ada pembatasan dalam penggunaan teknisi asing.
Tidak lama setelah permasalahan itu tepatnya 20 Oktober 1994, Asosiasi Budidaya
Mutiara Indonesia didirikan.
Pada tahun 2005 usaha budidaya mutiara mengalami
penurunan dikarenakan melemahnya ekonomi global dan menurunnya harga mutiara di
pasar dunia. Pada saat itu terjadi kelebihan pasokan pada pasar dunia
yang pertumbuhannya antara 5 s/d 10 persen pertahun.Namun sepertinya
sekarang Indonesia south Pearl mulai naik lagi.
Nilai perdagangan mutiara pada tahun 2015 menghasilkan 31,2 juta dollar.
Mutiara di dunia memiliki berbagai macam jenis
diantaranya :
1. South Sea Pearl
Mutiara ini berasal dari wilayah Indonesia, Kepulauan
Polinesia, Australia, dan Burma. South
sea pearlberwarna perak dan keemasan dan berdiameter 8 mm sampai 18 mm.
Yang dihasilkan dari south
sea pearladalah tiram berjenis Pinctada
maxima.
2. Mutiara Akoya
Jepang merupakan negara asal dari mutiara Akoya. Tiram
yang dihasilkan adalah Pinctada
Fucata Martensii. Mutiara ini berwarna merah jambu muda, putih, dan
kekuningan. Ukuran mutiara ini lebih dari 7 mm. Anehnya meski berasal dari
Jepang, yang menjadi penghasil terbesar mutiara Akoya adalah negara Cina.
3. Mutiara Air Tawar
Mutiara ini berasal dari hasil budidaya di Danau Biwa,
Jepang. Mutiara ini bentuknya unik dan memiliki warna yang beragam dan dikenal
sebagai mutiara yang memiliki kilauan indah. Namun sayangnya pada tahun1990
tiram-tiram penghasil mutiara Air Tawar Mati. Jika pun Mutiara Air Tawar itu merupakan
dari Cina bukan dari Jepang
4. Mutiara Hitam
Sudah pasti berwarna hitam. Tiram yang dihasilkan adalah Pinctada
margaritifera. Tahiti negara produsen dari mutiara Hitam.
Sebaran budaya mutiara di Indonesia sudah beredar
luas di 12 kota.
Budidaya mutiara yang dipakai sekarang tentunya ada orang
yang memulainya dia adalah kokichi Mikimoto, penemu metode budidaya muiara
pertama di dunia. Namanya diabadikan menjadi tempat museum bernama Mikomoto
Pearl Island. Museum ini berada di daerah
Ise Shima. Tiap satu jam sekali di museum ini ada pertunjukkan Ama-san,
pertunjukkan penyelam wanita tradisional jepang.
Pada tahun 2015 Kementrian kelautan dan perikanan Indonesia
bekerjasama dengan Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia (Asbumi) melakukan sebuah
kegiatan untuk mendapatkan formulasi Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia (SKKNI). Kegiatan ini ditujukan untuk calon pekerja di bidang
budidaya mutiara.
Standar SKKNI ini juga berperan sebagai filter bagi
ekspatriat dan sudah dicanangkan sejak MEA awal Januari 2015. Hal ini
memberikan tanda bahwa usaha budidaya mutiara bisa bisa dipelajari dan
dikembangkan.
Saya sangat berharap budidaya mutiara ini bisa dijadikan
usaha juga untuk masyarakat kelas bawah seperti usaha perikanan. Memang lumayan
berat untuk menjadikannya nyata, tapi jika terwujud ini akan menjadi awal untuk
usaha budidaya mutiara berbasis ilmia seperti di negara-negara maju. Kendala
utama kenapa ide ini susah terwujud karena kredit bang cukup berat untuk
masyarakat. Usaha budidaya mutiara memang membutuhkan modal banyak dan beresiko
tinggi.
Untuk budidaya mutiara kita juga harus mengetahui level mutiara. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi level mutiara yaitu Luster, Surface, dan Drilling.
Berikut ini tabel level mutiara :
LUSTER
|
SURFACE
|
DRILLING
| |
AAA | VeryHight -Exellent | 98%-100% Free | set clean – virtually clean |
AA+
| Very high – High | 95% – 98% Free | set clean – nearly clean |
AA | Very high – High | 95% – 90% free | set nearly clean |
A+ | Very High – Medium | 85% – 90% free | set nearly clean |
A | Poor-Very High | 80% – 85% free | set nearly clean |
Untuk mensosialisasikan mutiara di masyarakat Kementerian
Kelautan dan perikanan menyelenggarakan Indonesia Pearl Festival 2016 yang
mengangkat temaThe Magnificent
Indonesian South Sea Pearl . Ini adalah untuk ke enam kalinya. Di
acara ini ada banyak kegiatan salah satunya adalah fund rising salah satu
kegiatan donasi untuk nelayan dan masyarakat pesisir. Acara ini akan digelar di Lippo Mall Kemang,
Jakarta pada tanggal 9-13 November.
No comments:
Post a Comment