Monday, October 24, 2016

Sejarah Mutiara dan perkembangannya

Jika mengingat mutiara hal pertama kali melintas di pikiran saya adalah cerita dongeng putri duyung. Bila putri duyung menangis maka air mata putri duyung akan menjadi mutiara. Enak sekali punya teman putri duyung apalagi kalau putri duyungnya sering galau sambil menangis tersedu-sedu. Jadi kaya mendadak saya hanya memunguti mutiara yang terus berjatuhan dari air mata putri duyung. Tapi itu hanya dongengnya di dunia nyata tidak mungkin terjadi. Dongeng hanyalah karangan manusia yang memberi pesan untuk manusia sekaligus menghibur.

Sewaktu SMA saya mempunyai guru bernama Ibu Aini, dia mengajar Bahasa Indonesia. Dalam setiap penampilannya Ibu Aini selalu memakai perhiasan mutiara. Dari kalung, anting, dan cincin yang di pakai Ibu Aini semuanya mutiara. Awalnya saya menyangka Ibu Aini ini orangnya sombong karena suka memamerkan barang-barang mahal. Saya memberanikan diri bertanya seperti ini kepada Ibu Aini, "Ibu kenapa suka memakai perhiasan mutiara itu kan termasuk barang mahal?"

Ibu Aini tersenyum mendengar pertanyaan saya lalu Ibu Aini menjawab, "Karena ibu cinta Indonesia makanya ibu memakai perhiasan mutiara. Bukan bermaksud pamer barang mahal, tapi inilah bentuk kecintaan ibu dengan memakai mutiara yang termasuk kekayaan yang ada di Indonesia."

Jujur saya agak sangsi ketika mendengar jawaban dari Ibu Aini. Saya tidak percaya Indonesia kaya dengan mutiara. Di balik rasa tidak percaya saya jika Indonesia sekaya itu, saya jadi penasaran apa memang-memang benar Indonesia kaya dengan mutiara?

Setelah mengobrol dengan Ibu Aini saya bergegas ke perpustakaan sekolah berharap menemukan buku tentang mutiara. Berharap rasa penasaran saya ini terbunuh.

Setelah setengah jam mencari buku tentang mutiara yang ada di perpustakaan akhirnya saya ketemu juga buku tersebut. Ketika saya membaca buku tersebut saya benar-benar terkejut. Ternyata benar kata Ibu Aini Indonesia merupakan pemasok terbesar mutiara laut selatan atau yang lebih sering disebut Indonesia south sea pearl. Jenis mutiara ini jenis mutiara terindah di dunia.

Mutiara south sea pearl  mempunyai warna yang beragam hal ini disebabkan perairan Indonesia yang begitu luas memiliki kerang bernama Pinctada maxima. Pinctada maxima memiliki dua jenis warna. warna perak dan warna emas. Pinctada maxima ukurannya lebih besar daripada mutiara yang lain. Ukurannya bisa mencapai 22 mm dan untuk ukuran minimalnya berkisar 15 mm. Mutiara ini paling diimpikan oleh para pencinta mutiara untuk dimiliki mereka tidak peduli dengan harganya yang mahal karena mutiara ini sudah dikukuhkan sebagai mutiara terindah dan terbaik di dunia. Pantas saja mendapatkan julukan queen of pearl. Saya sangat bangga, saya juga berharap orang Indonesia yang lain juga bangga dengan kekayaan mutiara yang ada di Indonesia.

Berdasarkan sejarahnya ternyata mutiara memiliki sejarah yang begitu panjang di Indonesia. Pada abad 18 ada seorang yang berasal dari Banda Neira bernama Said Baadila. Said Baadila mempunyai perusahaan bernama Baadila Brothers, perusahaan yang mengembangkan bisnis mutiara dan perkebunan yang terkenal dengan Perk Kele Norwegen di Lonthor dan di Pagar Buton, Banda Besar

Ketika di Istana Den Haag, Said Baadila memberikan sebuah cindera mata berupa mutiara kepada Ratu Emma. Mutiara yang diberikan oleh Said Baadila kepada Ratu Emma adalah mutiara south sea pearl terbesar. Mutiara tersebut diberi nama Mutiara Telur Puyuh.  Membalas kebaikan dari Said Baadila pada Ratu Emma, pihak kerajaan memberikan julukan Raja Mutiara pada Said Baadila.

Kunjungan Said Baadila ke istana Den Haag ternyata berbuntut panjang. Perburuang kerang mutiara di Indonesia semakin menjadi-jadi dan tak terkendali. Melihat hal ini Pemerintah Hindia Belanda membuat peraturan tentang pembatasan kerang mutiara. Peraturan ini dicantumkan dalam staatsblad 1912 No. 12 yang berisikan entang manajemen perburuan mutiara di perairan Indonesia.

Pada tahun 1918 Dr. Sukeyo Fujita memperoleh ijin untuk melakukan penelitian dan percobaan budidaya mutiara di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Awalnya Dr. Sukeyo Fujita tidak berhasil namun memasuki tahun 1928 ia bekerja sama dengan Mitsubishi Corporation. Setelah bekerja sama dengan Mitsubishi Corporation akhirnya Dr. Sukeyo Fujita berhasil. Ia mampu memanen 8.000 sampai 10.000 butir mutiara pertahun.Mutiara yang mereka panen berukuran 8 mm sampai 10 mm. Penemuan mutiara yang ditemukan oleh Dr. Sukeyo Fujita inilah yang membuat mutiara di Indonesia di kenal dengan sebutan Indonesia south sea pearl.

Melihat keberhasilan ini Mitsubishi Corporation bersama Dr. Sukeyo Fujita mendirikan perusahaan yang diberi nama Nanjo Shinju KK. Namun perusahaan ini tidak bertahan lama pada tahun 1941 terhenti disebabkan meletusnya perang dunia ke 2.

Setelah 25 tahun merdeka usaha mutiara di Indonesia dimulai lagi karena pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan Penanaman Modal Asing No. 11 dan Peraturan  Penanaman Modal dalam Negeri No. 12. Isi peraturan ini mengijinkan perusahaan asing melakukan investasi di Indonesia. Perusahaan dari Jepang yang bergerak di Bidang Mutiara banyak ke Indonesia. Perusahaan tersebut adalah Nippo Pearl Company, Tayio Gyogyo Ltd, Arafura Pearl Company, dan Kakuda Pearl Company.

Memasuki tahun 1991 akhirnya teknisi lokal digunakan untuk melakukan insersi/OP. Namun perkembangan jumlah teknisi lokal jauh dari harapan. Penyebabnya adalah mahalnya kerang mutiara untuk melatih teknisi dan pada saat itu tidak  ada  pembatasan dalam penggunaan teknisi asing. Tidak lama setelah permasalahan itu tepatnya 20 Oktober 1994, Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia didirikan.

Pada tahun 2005 usaha budidaya mutiara mengalami penurunan dikarenakan melemahnya ekonomi global dan menurunnya harga mutiara di pasar dunia. Pada saat itu terjadi kelebihan pasokan pada pasar dunia  yang pertumbuhannya antara 5 s/d 10 persen pertahun.Namun sepertinya sekarang Indonesia south Pearl mulai naik lagi. Nilai perdagangan mutiara pada tahun 2015 menghasilkan 31,2 juta dollar.


Mutiara di dunia memiliki berbagai macam jenis diantaranya :

1. South Sea Pearl

Mutiara ini berasal dari wilayah Indonesia, Kepulauan Polinesia, Australia, dan Burma. South sea pearlberwarna perak dan keemasan dan berdiameter 8 mm sampai 18 mm. Yang dihasilkan dari south sea pearladalah tiram berjenis Pinctada maxima.



2. Mutiara Akoya

Jepang merupakan negara asal dari mutiara Akoya. Tiram yang dihasilkan adalah Pinctada Fucata Martensii. Mutiara ini berwarna merah jambu muda, putih, dan kekuningan. Ukuran mutiara ini lebih dari 7 mm. Anehnya meski berasal dari Jepang, yang menjadi penghasil terbesar mutiara Akoya adalah negara Cina.



3. Mutiara Air Tawar

Mutiara ini berasal dari hasil budidaya di Danau Biwa, Jepang. Mutiara ini bentuknya unik dan memiliki warna yang beragam dan dikenal sebagai mutiara yang memiliki kilauan indah. Namun sayangnya pada tahun1990 tiram-tiram penghasil mutiara Air Tawar Mati. Jika pun Mutiara Air Tawar itu merupakan dari Cina bukan dari Jepang



4. Mutiara Hitam

Sudah pasti berwarna hitam. Tiram yang dihasilkan adalah Pinctada margaritifera. Tahiti negara produsen dari mutiara Hitam.



Sebaran budaya  mutiara di Indonesia sudah beredar luas di 12 kota.


Budidaya mutiara yang dipakai sekarang tentunya ada orang yang memulainya dia adalah kokichi Mikimoto, penemu metode budidaya muiara pertama di dunia. Namanya diabadikan menjadi tempat museum bernama Mikomoto Pearl Island. Museum ini berada di daerah  Ise Shima. Tiap satu jam sekali di museum ini ada pertunjukkan Ama-san, pertunjukkan penyelam wanita tradisional jepang.

Pada tahun 2015 Kementrian kelautan dan perikanan Indonesia bekerjasama dengan Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia (Asbumi) melakukan sebuah kegiatan untuk mendapatkan formulasi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Kegiatan ini ditujukan untuk calon pekerja di bidang budidaya mutiara.

Standar SKKNI ini juga berperan sebagai filter bagi ekspatriat dan sudah dicanangkan sejak MEA awal Januari 2015. Hal ini memberikan tanda bahwa usaha budidaya mutiara bisa bisa dipelajari dan dikembangkan.

Saya sangat berharap budidaya mutiara ini bisa dijadikan usaha juga untuk masyarakat kelas bawah seperti usaha perikanan. Memang lumayan berat untuk menjadikannya nyata, tapi jika terwujud ini akan menjadi awal untuk usaha budidaya mutiara berbasis ilmia seperti di negara-negara maju. Kendala utama kenapa ide ini susah terwujud karena kredit bang cukup berat untuk masyarakat. Usaha budidaya mutiara memang membutuhkan modal banyak dan beresiko tinggi.

Untuk budidaya mutiara kita juga harus mengetahui level mutiara. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi level mutiara yaitu Luster, Surface, dan Drilling.

Berikut ini tabel level mutiara :

LUSTER
SURFACE
DRILLING
AAAVeryHight -Exellent98%-100% Freeset clean – virtually clean
AA+
Very high – High95% – 98% Freeset clean – nearly clean
AAVery high – High95% – 90% freeset nearly clean
A+Very High – Medium85% – 90% freeset nearly clean
APoor-Very High80% – 85% freeset nearly clean

Untuk mensosialisasikan mutiara di masyarakat Kementerian Kelautan dan perikanan menyelenggarakan Indonesia Pearl Festival 2016 yang mengangkat temaThe Magnificent Indonesian South Sea Pearl . Ini adalah untuk ke enam kalinya. Di acara ini ada banyak kegiatan salah satunya adalah fund rising salah satu kegiatan donasi untuk nelayan dan masyarakat pesisir. Acara ini akan digelar di Lippo Mall Kemang, Jakarta pada tanggal 9-13 November. 




No comments:

Post a Comment