Aku memandangi sekelilingku lagi-lagi aku terbangun dari mimpiku,
mimpi bersama orang itu di sebuah taman dia merayuku dengan lagu yang
dia ciptakan aku terlelalp di pundaknya nada-nada indah yang dia
lantunkan bersama gitarnya. Oh mengapa semua itu hanya mimpi terlalu
cepat bahagia itu hilang, tapi aku harus sadar itu bukan realita...
Apa kabar? kalimat itu terus terniang-niang di benakku, sebuah kata sederhana yang terlalu gengsi untuk aku katakan sebagai seorang wanita. Kenapa aku masih mengingat orang itu? orang yang telah nyata-nyata menyakitiku yang membuat aku beku bagai es diam tak bisa apa-apa hanya bisa merasakan hunusan pedang es menusuk hatiku dingin dan menyakitkan. Walaupun begitu terlalu banyak kenangan yang indah saat aku menjadi kekasihnya hal-hal yang sangat kecil aku masih hapal meskipun dia tidak seperti itu. Cinta yang sesungguhnya kan tidak punya syarat?
Aku dapat kabar bahwa minggu nanti SMA angkatanku akan mengadakan reuni, aku sungguh menunggu acara itu sudah pasti aku akan bertemu dengan pria itu, pria yang senyumnya selalu kurindu. Aku harap ada secercah harapan untuk kembali bersama dia.
"Hay Nadia apa kabar?"
Aku terkejut pria itu mengirim pesan singkat di handphoneku.
"Alhamdulilah baik Iyan kamu sendiri :)"
"Baik, sayang kamu datang kan reunian nanti?"
Sayang? dia memangilku dengan kata sayang ada apa gerangan?
"Aku pasti datang, kok masih manggil sayan?"
"Emang gak boleh, udah dulunya aku ada kerjaan."
Aku tertawa sendiri membaca SMS dari dia. Semoga mimpiku malam kemarin bukan hanya sebuah mimpi tapi sebuah pertanda yang baik.
Aku mengobraK-abrik lemari bajuku mencari baju terbaik untuk hadir di acara reunian SMA-KU Semua wanita di dunia mengalami hal yang sama sepertiku jika sedang acara yang penting apalagi bertemu dengan orang yang masih kita cinta.
Akhirnya aku mendapat baju yang pas sebuah dress selutut berwarna hitam.
"Hay Nadia."
Aku disambut sahabatku Mika, sahabat yang waktu SMA sempat dianggap sebagai perusak hubunganku dengan Iyan. Tapi, aku tidak menaggapi gosip murahan itu.
"Hay Mik..udah lama......"
Dari kejauhan aku melihat sosok yang sangat ingin aku temui, rambutnya terlihat rapi, senyumnya masih khas, di padu dengan alis tebalnya. Semakin membuat jantungku berdebar-debar. Aku menanyakan perihal SMS kemarin kenapa dia masih memanggilku sayang?
"Kamu apa kabar?" tanya Iyan.
Aku tercekat di jari manisnya melingkar sebuah cincin. Cincin yang sama juga melingkar di jari manis Mika.
"Baik." Aku memaksakan tersenyum.
"Oh ya, kamu kan ada disini. Aku sama Iyan mau ngabari kalo bulan depan...."
"Kenapa bulan depan?" Aku sangat penasaran.
"Kita mau nikah, datengnya."
"Oh."
Aku hanya bisa membalas dengat datar kenapa dia masih sempat-Sempatnya mempermainkan hatiku dengan memanggilku sayang seakan-akan hanya dia yang punya hati. Seharusnya aku mempercayai teman-temanku waktu itu bahwa sahabatku sendiri telah merebut pacarku.
Aku harus bisa memaafkan bukan berarti melupakan semua, mantan kekasihku dan sahabatku telah mempermainkan perasaanku.
Hunusan pedang es kembali aku rasakan dingin dan sangat menyakitkan membuat aku beku tak bisa apa-apa tapi di balik tubuhku yang menjadi beku itu hatiku meleleh hancur.
Aku harus bisa menerima realita yang ada dan aku bertekad untuk menjadi wanita kutub utara aku harus bisa menahan hunusan pedang es yang sewaktu-waktu menusuk hatiku karena aku tahu hidup tak selamanya cerah bagaikan utopia yang selalu didamba semua orang ada kalanya badai itu datang. Menjadi wanita kutub utara akan membuatku terbiasa dengan luka yang akan datang suatu saat nanti.
Apa kabar? kalimat itu terus terniang-niang di benakku, sebuah kata sederhana yang terlalu gengsi untuk aku katakan sebagai seorang wanita. Kenapa aku masih mengingat orang itu? orang yang telah nyata-nyata menyakitiku yang membuat aku beku bagai es diam tak bisa apa-apa hanya bisa merasakan hunusan pedang es menusuk hatiku dingin dan menyakitkan. Walaupun begitu terlalu banyak kenangan yang indah saat aku menjadi kekasihnya hal-hal yang sangat kecil aku masih hapal meskipun dia tidak seperti itu. Cinta yang sesungguhnya kan tidak punya syarat?
Aku dapat kabar bahwa minggu nanti SMA angkatanku akan mengadakan reuni, aku sungguh menunggu acara itu sudah pasti aku akan bertemu dengan pria itu, pria yang senyumnya selalu kurindu. Aku harap ada secercah harapan untuk kembali bersama dia.
"Hay Nadia apa kabar?"
Aku terkejut pria itu mengirim pesan singkat di handphoneku.
"Alhamdulilah baik Iyan kamu sendiri :)"
"Baik, sayang kamu datang kan reunian nanti?"
Sayang? dia memangilku dengan kata sayang ada apa gerangan?
"Aku pasti datang, kok masih manggil sayan?"
"Emang gak boleh, udah dulunya aku ada kerjaan."
Aku tertawa sendiri membaca SMS dari dia. Semoga mimpiku malam kemarin bukan hanya sebuah mimpi tapi sebuah pertanda yang baik.
Aku mengobraK-abrik lemari bajuku mencari baju terbaik untuk hadir di acara reunian SMA-KU Semua wanita di dunia mengalami hal yang sama sepertiku jika sedang acara yang penting apalagi bertemu dengan orang yang masih kita cinta.
Akhirnya aku mendapat baju yang pas sebuah dress selutut berwarna hitam.
"Hay Nadia."
Aku disambut sahabatku Mika, sahabat yang waktu SMA sempat dianggap sebagai perusak hubunganku dengan Iyan. Tapi, aku tidak menaggapi gosip murahan itu.
"Hay Mik..udah lama......"
Dari kejauhan aku melihat sosok yang sangat ingin aku temui, rambutnya terlihat rapi, senyumnya masih khas, di padu dengan alis tebalnya. Semakin membuat jantungku berdebar-debar. Aku menanyakan perihal SMS kemarin kenapa dia masih memanggilku sayang?
"Kamu apa kabar?" tanya Iyan.
Aku tercekat di jari manisnya melingkar sebuah cincin. Cincin yang sama juga melingkar di jari manis Mika.
"Baik." Aku memaksakan tersenyum.
"Oh ya, kamu kan ada disini. Aku sama Iyan mau ngabari kalo bulan depan...."
"Kenapa bulan depan?" Aku sangat penasaran.
"Kita mau nikah, datengnya."
"Oh."
Aku hanya bisa membalas dengat datar kenapa dia masih sempat-Sempatnya mempermainkan hatiku dengan memanggilku sayang seakan-akan hanya dia yang punya hati. Seharusnya aku mempercayai teman-temanku waktu itu bahwa sahabatku sendiri telah merebut pacarku.
Aku harus bisa memaafkan bukan berarti melupakan semua, mantan kekasihku dan sahabatku telah mempermainkan perasaanku.
Hunusan pedang es kembali aku rasakan dingin dan sangat menyakitkan membuat aku beku tak bisa apa-apa tapi di balik tubuhku yang menjadi beku itu hatiku meleleh hancur.
Aku harus bisa menerima realita yang ada dan aku bertekad untuk menjadi wanita kutub utara aku harus bisa menahan hunusan pedang es yang sewaktu-waktu menusuk hatiku karena aku tahu hidup tak selamanya cerah bagaikan utopia yang selalu didamba semua orang ada kalanya badai itu datang. Menjadi wanita kutub utara akan membuatku terbiasa dengan luka yang akan datang suatu saat nanti.
No comments:
Post a Comment