Saturday, July 23, 2016

Asyiknya Bercerita Sriwijaya Bersama JJ Rizal

Sebuah pengalaman yang sangat berharga bisa menyerap ilmu sejarah dari JJ Rizal dalam acara Bercerita Sriwijaya. JJ Rizal merupakan seorang sejarahwan dan penulis. Buku-buku JJ Rizal semuanya bertemakan tentang budaya dan humaniora. JJ Rizal juga mendirikan perusahaan penerbitan buku yang di beri nama Komunitas Bambu.


Di acara Bercerita Sriwijaya JJ Rizal mengangkat tema Arti Sriwjaya Bagi Proses Menjadi Indonesia. Waktu acara dimulai di proyektor ditunjukkan foto peresmian Hotel Indonesia yang diresmikan oleh Presiden Soekarno. Peresmian Hotel Indonesia tersebut terjadi pada 15 Agustus 1962. Saya melihat foto tersebut bingung tema menyangkut Sriwijaya tapi malah ditunjukkan foto peresmian Hotel Indonesia. Rupanya ada yang unik dalam foto tersebut, dalam foto tersebut di samping Presiden Soekarno ada perempuan yang memakai adat Palembang.

JJ Rizal menjelaskan peresmian Hotel Indonesia bukan terjadi di dalam Hotel Indonesia, tapi peresmian tersebut terjadi di Restoran Ramayana. Di depan Restoran tersebut ada mozaik dari seniman Indonesia. Mozaiknya terbuat dari keramik badas warna dikerjakan selama 2 tahun. Judul mozaik tersebut adalah Barisan Bhineka Tunggal Ika.

Setelah menjelaskan hal tersebut JJ Rizal minum sebentar air mineral yang ada disampingnya. Setelah minum air mineral JJ Rizal menceritakan saat direktur pertama Hotel Indonesia yang bernama Iskandar makan bersama Presiden Soekarno dia menanyakan kenapa harus ada perempuan memakai adat Palembang dalam peresmian Hotel Indonesia? Presiden Soekarno menjawab pertanyaan dari Iskandar dia mengatakan, "Aku ingin kita mengingat Sriwijaya seperti mengingat Majapahit yang sejarahnya mengantarkan kita menjadi Indonesia." Menurut Soekarno Hotel Indonesia adalah wajah Indonesia.

Setelah Asyik bercerita tentang peresmian Hotel Indonesia. JJ Rizal bercerita tentang George Coedes yang menulis karangan tentang Kerajaan Sriwijaya berjudul Le Royaume De Crivijaya yang ditulisnya pada tahun 1918. Dalam tulisannya tersebut George Coedes menetapkan bahwa, letak ibukota Kerajaan Sriwijaya adalah Palembang, dengan bersandar pada anggapan Groenveldt dalam karangannya, Notes on The Malay Archipelago And Malacca, Complied From Chinese Source, yang menyatakan bahwa, San-Fo-Tsi adalah Palembang. Sumber lain juga menunjukkan hal yang sama, yaitu Beal. Ia mengemukakan pendapatnya pada tahun 1886 bahwa, Shi-Li-Fo-Shih merupakan suatu daerah yang terletak di tepi Sungai Musi. Pendapat-pendapat tersebut muncul suatu kecendrungan di kalangan sejarahwan untuk menganggap Palembang sebagai pusat Kerajaan Sriwijaya. Mendengar penjelasan dari JJ Rizal tentang Kerajaan Sriwijaya benar-benar membuat saya paham betul apa itu Kerajaan Sriwijaya dan sekarang saya sadar ternyata buku-buku sejarah yang ada di sekolah sekarang sudah menyesatkan.

Menurut penuturan dari JJ Rizal sebelum kemerdekaan Indonesia Perkumpulan Pemuda Jawa dan Pemuda Sumatera sempat berselisih, namun perselisihan itu hanya sebentar. Perselisihan tersebut terjadi karena mereka mempunyai mimpi yang sama namun berbeda nama. Mereka akhirnya bersatu di Kongres Pemuda yang diadakan pada tahun 1926. Nama mereka akhirnya berubah menjadi Perhimpunan Indonesia. Putusan kongres tersebut memilih bahasa melayu yang kemudian mereka namakan Bahasa Persatuan Indonesia. Menurut Muhammad Yamin bahasa melayu merupakan warisan dari Kerajaan Sriwijaya.

Ya, JJ Rizal menjelaskannya dengan cara yang sangat asyik, penjabarannya panjang namun tidak membosankan. Beberapa teman yang bertanya tentang Kerajaan Sriwijaya benar-benar mendapat  jawaban memuaskan dari JJ Rizal. Setiap dia menjawab pertanyaan dari teman-teman yang mengikuti kegiatan Bercerita Sriwijaya benar-benar dijawab dengan cerdas sehingga membuat kami-kami semakin bertambah ilmunya tentang Kerajaan Sriwijaya. Di acara ini ada juga kuis yang berhadiah buku sejarah tentang Kerajaan Sriwijay. Sangat beruntung teman-teman yang mendapat hadiah tersebut.

Berikut ini adalah beberapa foto selama kegiatan tersebut berlangsung :


Friday, July 22, 2016

Ada Apa di Festival Sriwijaya ke XXV ?


Di Sumatera Selatan terdapat 12 Jenis bahasa dan 8 suku. Yang paling dominan adalah Suku Palembang, Suku Komering, Suku Ranau, dan Suku Semendo. Sumatera Selatan juga merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya akan keanekaragaman budayanya. Maka daripada itu Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan menggelar Festival Sriwijaya yang ke 25. Festival Sriwijaya ini digelar pertama kalinya pada tahun 1991. Untuk kegiatan yang ke 25 ini akan diadakan di Benteng Kuto Besak. Acaranya dimulai dari 18-24 Juli 2016. Festival yang diselenggarakan selama seminggu ini dimeriahkan dengan festival kuliner tradisional, parade budaya, lomba teatrikal, lomba blog, dan lomba instagram.

Festival Sriwijaya ini bertujuan melestarikan budaya yang ada di Sumatera Selatan sekaligus juga mempromosikan wisata daerah yang ada di Sumatera Selatan. Agar wisatawan dalam negeri dan wisatawan luar negeri tidak segan-segan untuk berkunjung ke Sumatera Selatan maka Pemerintah Provinsi Selatan bekerjasama dengan asosiasi perhotelan dan association of the Indonesia Tours and Travel Agencies.

Di Festival Sriwijaya ini ada beberapa booth seperti booth tentang Kerajaan Sriwjaya, booth walpaper pemandangan, dan booth makanan. Berikut ini akan saya jelaskan tentang booth-booth tersebut ;

Di booth tentang kerajaan Sriwijaya di jelaskan tentang awal mengenai kerajaan Sriwijaya. Pada  abad ke 7 seorang pendeta tiongkok bernama I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan. Prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh 682. Kemunduran pengaruh Sriwijaya terhadap daerah bawahannya mulai menyusut dikarenakan beberapa peperangan diantaranya serangan dari raja Dharmawangsa Teguh dari Jawa di tahun 990, dan tahun 1025 serangan Rajendra Chola I dari Koromandel, selanjutnya tahun 1183 kekuasaan Sriwijaya dibawah kendali kerajaan Dharmasraya. Kerajaan ini terlupakan dan eksistensi Sriwijaya baru diketahui secara resmi tahun 1918 oleh sejarawan Perancis George Cœdès dari École française d’Extrême-Orient.

Booth walpaper pemandangan menjadi favorit para pengunjung untuk berfoto ria. Di booth ini terdapat beberapa gambar tempat wisata yang ada di Sumatera Selatan.





Untuk booth makanan saya yakin orang yang awalnya kenyang jadi ingin makan lagi. Mengisi perutnya dengan makanan-makanan khas Sumatera Selatan. Di booth ini terdapat 29 booth makanan. Wajar saja perut pengunjung jadi lapar lagi di suguhi makanan enak di depan mata. Buat yang mau makan di booth ini metode pembayarannya dengan menggunakan kupon yang ditukar dari booth tiket.

Acara utama seperti pementasan tari, lagu daerah, dan teater dari 17 kabupaten kota di Sumatera Selatan di mulainya pada malam hari. Mereka yang akan mengisi acara tersebut sangat berusaha keras untuk menampilkan yang terbaik dihadapan pengunjung. Satu jam sebelum acara mereka masih sempat berlatih dan merias diri. Keith Martin penyanyi dari Amerika Serikat yang menjadi bintang tamu di acara pembukaan Festival Sriwijaya sangat terhipnotis dengan penampilan para penari. 

Menyaksikan Festival Sriwijaya membuat jiwa nasionalisme saya makin tinggi. Saya sangat ingin mengunjungi tempat-tempat wisata yang ada di Sumatera Selatan. Ayo mulai sekarang kita cintai Indonesia.